BramaDipo: Cahaya Telanjang #BatPoet

Minggu, 10 Agustus 2014

Cahaya Telanjang #BatPoet


Senja berada di akhir,
Malam segera bergulir.
Rindu ditelanjangi cahaya sempurna cermin semesta.
Adakah juga kau merindukannya?

Bernyanyi, menari, membaca syair spontan pantulan sinar rembulan.
Lalu menitikkan air di mata, saat purnama berada pada puncaknya.

Menjadi kecil saat semesta menunjukkan kebesarannya.
Menjadi tak berarti saat semesta memperlihatkan makna kekuasaannya.

Purnama ini kita tak sedang bersama,
Cukup mengingat sementara.
Semoga angin siapkan rencana,
Menabrakkan arah kemana semesta bawa.

Lau kita-pun bersenggama,
Seperti sungai bersilangan.
Melahirkan alur-alur baru,
Yang tenang ke hulu dan yang deras ke hilir.

Lalu menyebrang di anakan yang jernih, tenang dan menyenangkan,
Menuju bebatuan tempat kita saksikan arus deras dan menghanyutkan

Mengumpulkan pecahan batu yang terpahat arus,
Entah telah berapa ratus tahun menempanya.
Bentuk-bentuk yang ganjil dan kita hanya bisa menerka-nerka.

Ada berbentuk hati, ada yg berbentuk tahi.
Lalu melemparkannya ke tengah arus,
Ber-angan air menempanya kembali menjadi bentuk lain.

Ya,aku merindukannya.
Bluemoon waktu itu.
Beberapa tahun lalu,dibulan-bulan ini.

Arak yang kuteguk,
Asap yang kuhisap,
Liur yang memudar,
Tawa yang kujejal.

Malam itu kita bergantian bisik, kepal dan teriak dalam satu lingkaran.
Perjumpaan yang sejenak,
Namun jeda menindih memakna.

Kuingat.
Kuingat.
Kuingat.
Selalu kuingat

"Purnama yang kita puja bersama."

Semoga nyawa masih ada dan jiwa masih memiliki asa saat purnama di kemudian masa kita bersenggama disaksikan semesta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar