BramaDipo: Januari 2017

Minggu, 08 Januari 2017

Nada Keabadian

Merayu-mu dengan penggalan lagu Morrissey.
Mencumbu-mu dengan irama Sade Adu.

Lalu kita mengembara bersama Imanez.
Dalam balutan mesra Nat King Cole ataupun The Carpenter.

Aku teringat saat kita terakhir berdebat panjang seperti Cypress Hill.
Lalu aku memotong singkat dengan NOFX.

Kita tertawa beriringan Rancid.
Dan kembali menghangatkan nada The Cure.

Bawa aku selalu bersamamu dalam ketukan Smash Mouth.
Atau kita melebur dalam genggaman Weezer.

Agar kita tak selalu terbawa alunan Massive Attack.
Bergumam lirih layaknya Portishead.

Aku, kamu, Jim dan The Doors.
Seperti juga Kurt, Courtney, Nirvana dan kematian.
Di angka 27 bukan 311.
Pink Floyd bukan Frank Zappa.

Aku mendamba pada Ebiet G.A.D
Tidak pada Iwan yang takut Sumbang.
Menyepi seperti Doel.
Meninggalkan tanya di rumah Hari Roesli.

Lupakan Marilyn Manson,
Dan kumainkan G.B.H juga Total Chaos.
Tak perlu Ramstein juga Dog Eat Dog.
Sebab kita adalah Supergroove.

Percayalah pada detak Arctic Monkeys.
Meski sedikit Blur.
Dan serumit Radiohead juga Sonic Youth.

Percayalah.
Aku memiliki nada sendiri yang akan aku berikan dalam irama kehidupan di keabadian musik kita.
Kelak.