BramaDipo: 2019

Minggu, 15 Desember 2019

Berserah




Terlalu mudah untuk meninggalkan.

Terlalu berat untuk dilakukan.

Sedangkan diam tak memaknakan.

Sedangkan ruh-pun butuh asupan.


Berpaling maka menjauh,

Mendekat maka selamat.


Bohong, jika tak ada panggilan.

Hanyalah enggan mendengarkan.


Berikan ruh-mu.

#Serahkan .




Jumat, 29 November 2019

Ampas




Gerimis menyegerakan dingin.
Padu dengan gelap dan ketiadaan angin.

Kalimat-kalimat menjadi jeda.
Panjang, tak memiliki makna.

Kemudiku, hilang arah.
Dan sauh telah lama patah.

Kopi telah menyisakan ampas.
Maka, jejas.




Jumat, 22 November 2019

Sama-sama Tidak Sama




Normal.

Kamu?
Aku?
Tiada sesungguhnya.
Semua memiliki batas.
Tak ada yang benar-benar bebas.

Gila

Mungkin saja.
Mungkin tidak.
Hanya ada tuduhan semata.
Kamu atau aku.
Sama saja.

Sama-sama berkeringat,
Sama-sama mengalirkan air mata.
Sama-sama hidup di-dunia.
Sama-sama tidak sama.

Stop menilai,
Hidup bukanlah lomba maupun festival.



Minggu, 17 November 2019

Alih Masa



Fajar.
Kabut yang masih mengendap.
Bulan setengah.
Kopi sisa semalam.
Sayap-sayap yang tergeletak ditinggalkan laron.
Bintang yang makin meredup,
Berganti pujian pada Penguasa Langit dan seisinya.

Menunggu panggilan awal,
Bergemuruh bersahutan.
Menyambut hari yang akan segera datang bersama terang.


Segala Puji bagi-Nya.
Aku masih hidup dan berdosa sepenuhnya.





Kamis, 14 November 2019

Wujud


Tuhan selalu memberikan jalan yang tak terduga,
Bahkan pada masa yang tak kita kira.
Menyajikan apa yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Memberi tanpa meminta apa-apa.

Sedangkan kita hanya terus meminta,
Memaksa bahkan tidak jarang menganggap kemalangan yang kita hadapi karena Tuhan berlaku tak adil pada diri kita.

Maka, teruslah meminta.
Maka, teruslah memohon.
Maka, kembalikanlah lagi semua kepada-Nya.
Sebab, kepada-Nya lah kita semua akan kembali.
Lagi.


Berlaku jujurlah sedari diri.




Minggu, 13 Oktober 2019

Sabtu, 12 Oktober 2019

Benturan




 Tembok alam bawah sadar bergetar.

Pertanyakan!.

Saat Ragu bersarang,

Enyahkan!.


Biarkan saja benturan mengada

dan menetap pada setiap dinding harap.

Sebab ia selalu saja ada.

Dekat dan mendekap.


Maka,

Berlutut.

Lalu ucapkan selamat tinggal,

Pada peralihan yang teramat panjang.


Dan semoga langit menyaksikan sujud

serta langkah yang kelabu dan berkabut


Lalu biarkan jeda,

Perlahan meniada.


Semoga.



#PotMode

Sabtu, 03 Agustus 2019

Rabu, 03 Juli 2019

Reda-lah



Hidup akan selalu bertemu dengan persimpangan-persimpangan, pilihan-pilihan dan semua adalah pengulangan-pengulangan yang sama. Meski dengan wajah dan masa yang berbeda.


Sudah berapa kali engkau mengitari titik ini, bayang?

Beri aku jeda.


Bernostalgia dengan ingatan-ingatan.
Masturbasi berharap orgasme.
Anti-klimak.
Alirkan air di-mata.
Berteriak dalam dada.
Ludahi mukaku sendiri.

Rapuh.
Sangat mudah runtuh.
Telanjang, terduduk dan bersimpuh.

Reda-lah reda.
Biarkan aku memiliki jeda.


Minggu, 09 Juni 2019

Rapuh



Jeda memberi ruang,
Jarak mengeja waktu.
Dan setiap jeda yang kini semakin panjang,
Mengaburkan huruf-huruf dalam rindu.


Tak dapat kusentuh.
Engkau dan aku, yang sama-sama rapuh.

Maafkan jeda panjang kegaguanku.



Minggu, 02 Juni 2019

Sisa Masa



Bulan hampir mati.
Sabit melancip dan segera memudar.
Kepalan kosong,
Tak ada apa-apa.
Hampa yang kubawa.
Tak juga rindu berada.


Menuju timur,
Meghabiskan umur.


Yang tersisa hanya masa.




Jumat, 10 Mei 2019

Para Ajag


AJAG.

Kekayaan lahir kau raih dari derita bathin orang lain.
Gerogoti daging.
Hanya menyisakan belulang untuk tanah.
Dan hatimu sebesar tahi cicak.
Sedang liur menetes tenggelamkan harapan mereka.
Kini darah mereka siap kau tumbalkan untuk singgasana?

AJG.

Kau kendalikan kemudi dengan mengemudikan kendali.

Karena kuasa.
Demi kuasa.
Lalu binasakan asa yang ada.

AJG.

Langit memerah,
Muka memucat.
Kehabisan darah,
Nyawa tercekat.

Khabar dukha.
Kabhar dukha.

Selasa, 30 April 2019

Menuju Abu



Menanti percikan,
Menunggu penyulut.
Membangun kobaran,
Tak hendak surut.


Bongkahan demi bongkahan terkumpul,
Ikatan-ikatan semakin kencang.
Dan bara telah muncul,
Siap-bersiap menjadi arang.


Bakar-membakar-terbakar.






Minggu, 28 April 2019

Cuma Proyek



Tikus dan kecoa berpesta-pora.
Hujan datang bawa sampah ke-permukaan.
Plastik,
Plastik,
Plastik
Dan janji.
Serta kepala tanpa isi.





Minggu, 21 April 2019

13 Purnama Lalu



#Purnama berkerudung awan hitam.
Angin sapu-kan perlahan.
Terang.
Lalu pekat kembali datang.

Bertanya-tanyalah hati,
Berkaca-menegur diri.

Ragu merambat.
Enggan berhenti meski sesaat.

Jeda kembali lagi.
Perlahan mengubur diri.

Seperti juga #Purnama yang bercahaya tetap,
Meski berselimut awan gelap.

Pun aku.
Yang mesti bersegera untuk lalui ragu.


13 #Purnama lalu.





Jumat, 19 April 2019

Kesempurnaan Manusia



Manusia adalah makhluk sempurna.


Sempurna melakukan kebaikan dan kejahatan sekaligus.


Pesawat Penumpang

 



Kepala tegak,
Hati merunduk.

Kencangkan otot,
Kendurkan urat.

Turbulensi !.
Lift.

Bergantian.

Setiap memasuki gerbang keberangkatan akan keluar melalui pintu kedatangan. Walaupun telah menjadi bangkai.

Selasa, 02 April 2019

Anfal



Kehilangan ruang, dalam gerak.
Kehilangan jeda, dalam paragraf.

Terkunci mati tanpa dinding dan teralis.
Gerah dipenuhi asap kebosanan.

Langit yang tanpa cahaya,
Bisu tanpa kata.

Tak ada lonceng,
Tak ada angin.

Seperti barisan huruf vokal tanpa konsonan.

Anfal.




Minggu, 24 Maret 2019

13 Malam



Hujan begitu perkasa.
Menghujam bumi berkali-kali.
Gelapkan kala.
Selimuti hari.

Bulan tengah melangkah pada akhir hari.
Degradasikan bayangan mentari pada bumi.
Dalam sebuah utas.
Berputar-ulang.
Melalui jeda,
Melalui spasi.

Dan masa ini adalah spasi-ku lagi.





Kamis, 14 Maret 2019

Kuasa Di Penghujung Masa



Perlahan nahkoda turunkan jangkar.
Sebab kendali telah lepas kemudi.

Tak ada angin tak ada layar.
Sikut-menyikut naiki sekoci.
Tunjuk-menunjuk semua salah.
Rebut-berebut dayung patah.

Nyanyian parau terakhir,
Penanda kenduri telah berakhir.




Selasa, 12 Februari 2019

Begundal Laknat



Negeri compang-camping.
Robek oleh pembusukan akal.
Negara dipimpin para maling.
Yang didukung partai-partai bebal.


Olah susu menjadi tuba,
Olah madu menjadi bisa.


Lembar-lembar kabar berisi kebohongan.
Dusta berbalut segala kebenaran.
Koyak.
Begundal berarak.
Laknat.



Kamis, 07 Februari 2019

Ingatan Berkarat




Senja baru saja berakhir,
Langit menutup cahaya matahari.
Selubungi dengan mendung dan gelap-pun bergulir.
Turun, hujan genapi dingin-diri.

Seperti menara pengingat.
Kesunyian mencengkram dengan lambat.
Erat.
Kasar dan penuh karat.

Pengulangan,
Menetap.
Ingatan,
Meratap.




Senin, 21 Januari 2019

Cannibal



Delusion divides the numbers.
One - doubt.
Two - questions
Three - miss.

Come,
Never go home.
Hold in front of door.
Sculpting and clumsy.

tired-inflamed.
eyes do not want to close.
Go back around the hole.
Step into the deep-dyed inside.

Slowly,
Being a cannibal.
Self,
My own.


Dalam Bahasa Indonesia :


Delusi membagi angka.
Satu ragu.
Dua tanya.
Tiga rindu.

Datang,
Tak kunjung pulang.
Tertahan di-muka pintu.
Mematung dan kaku.

Lelah meradang,
Tak hendak pejam.
Kembali kitari lubang.
Masuk kedalam-mendalam-dalam.

Perlahan,
Menjadi kanibal.
Diri,
Sendiri.





#PotMode

Selasa, 15 Januari 2019

Perseketuan



Begitu telanjang penyelewengan-penyelewengan ini dipertontonkan.
Diatas meja mereka bersenggama dengan leluasa tanpa batasan.
Saat para bajingan duduk di kursi-kursi kekuasaan.
Saat para perampok dibekali baju perlindungan.

Persekutuan punggawa-pesakitan.
Menyakitkan.

Rabu, 09 Januari 2019

Nagara Dukha




Meralat panca-sila dan perundangan, meleburkannya menjadi slogan-slogan. Omong kosong kebenaran.

Sumpah serapah berbalut doa-doa. Nagari ini dikutuk menjadi bala. Tempat perebutan harta alam raya.

Persenggamaan pandita dan para patih. Membangun benteng-benteng kebodohan dengan kebohongan-kebohongan tentang kesejahteraan.

Celaka. Tuhan mengabulkan permintaan para pelaknat. Dan jelata hanya menepuk dada nasib hidupnya.

Nagari dimana penguasa menjadi peniaga. Berhitung untung-rugi dengan rakyatnya. Mencekiknya oleh hutang-piutang pada para penyamun.
Berpura-pura ini semua demi bangsa. Pajak-pajak memancung hingga pulasara. Tak ada tempat mardika.

Cendekia masih sibuk dengan teori-teori dan kitab-kitab kebijaksanaan. Melupa akan hilangnya kesadaran.

Dan aku masih terduduk, bersimpuh. Pada kehilangan-kehilangan, pada kenangan-kenangan tentang kejayaan.

Perang pendapat, tak berbagi peran. Mempertahankan keinginan, tak membuka ruang.

Sementara celah membesar, membuat jurang. Sementara lingkaran tak lagi bundar, menambah renggang.

Jeda bernegara,
Luka sebangsa.
Makna meniada,
Nagara dukha.


16 Maret 2018 -