BramaDipo: Nagara Dukha

Rabu, 09 Januari 2019

Nagara Dukha




Meralat panca-sila dan perundangan, meleburkannya menjadi slogan-slogan. Omong kosong kebenaran.

Sumpah serapah berbalut doa-doa. Nagari ini dikutuk menjadi bala. Tempat perebutan harta alam raya.

Persenggamaan pandita dan para patih. Membangun benteng-benteng kebodohan dengan kebohongan-kebohongan tentang kesejahteraan.

Celaka. Tuhan mengabulkan permintaan para pelaknat. Dan jelata hanya menepuk dada nasib hidupnya.

Nagari dimana penguasa menjadi peniaga. Berhitung untung-rugi dengan rakyatnya. Mencekiknya oleh hutang-piutang pada para penyamun.
Berpura-pura ini semua demi bangsa. Pajak-pajak memancung hingga pulasara. Tak ada tempat mardika.

Cendekia masih sibuk dengan teori-teori dan kitab-kitab kebijaksanaan. Melupa akan hilangnya kesadaran.

Dan aku masih terduduk, bersimpuh. Pada kehilangan-kehilangan, pada kenangan-kenangan tentang kejayaan.

Perang pendapat, tak berbagi peran. Mempertahankan keinginan, tak membuka ruang.

Sementara celah membesar, membuat jurang. Sementara lingkaran tak lagi bundar, menambah renggang.

Jeda bernegara,
Luka sebangsa.
Makna meniada,
Nagara dukha.


16 Maret 2018 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar