BramaDipo: 2016

Senin, 07 November 2016

Selamat Datang, Fana.

Aku Lahir saat pagi menghangat dan burung berkicau,
Bersahutan.
Menandakan mereka ada,
Menyambutku terlahir di alam semesta nyata.

Sehangat pagi saat ini.
Semerdu burung-burung yang sedang berkicau bergantian.
Pada segelas kopi yang menemani
Dan asap yang kental dengan kedalaman.

Selamat ulang tahun, ingatan.
Dengan ini aku rayakan.
Selamat datang, gairah.
Terima kasih atas berkah hari cerah.






Minggu, 16 Oktober 2016

Anak Panah

Anak panah yang menyimpang.
Angin yang bersalah.
Tidak.
Hanya kebodohan yang singgah.

Membiarkan gelap.
Menyetubuhinya.
Mematikan rasa.
Mengulang jeda.

Abu menumpuk dalam asbak.
Puntung berceceran.
Kepalaku penuh kopi.
Telingaku dijejali Frank Zappa.

Apakah malam ini purnama?
Aku tak sedang menghitungnya.
Apakah aku mengingat harapanku tentang masa depan?
Aku tidak ingat.

Terpaku pada persimpangan.
Ditengah hutan.
Tanpa arah dan angin.
Tanpa langkah dan ingin.

Menunggu.
Menunggu.
Menunggu.
Dan Membiarkan waktu berlalu.


Keangkuhanku memasuki hutan.
Menganggapnya adalah hutan yang sama dengan hutan sebelumnya yang pernah aku lalui.
Kini ia menggerogoti.
Menjadikannya hantu.
Mengubahnya menjadi ragu.
Kaku.

Jeda yang terlalu lama,
Persetan.
Aku akan melangkah lurus kedepan.
Bukan kiri atau kanan.

Lebih baik aku mati dalam langkah keputusan.
Daripada menunggu dalam ketidak-pastian.

Aku adalah anak panah yang terbang bersama angin.
Aku menuju arah yang aku mau dan ingin.
Aku adalah anak panah yang melesat, meski berbelok dan tersesat.




Kamis, 29 September 2016

Hidup Dalam Kematian

Ooo Raja Semesta,
Jeda ini terlalu lama.
Kata ini hilang makna.
Dan aku tak bisa kembali.
Pada raga yang aku huni.

Ooo Raja Kuasa.
Jiwa ini tengah menghampa.
Tersesat jauh dalam kehilangan.
Tak ada daya tak berkesudahan.

Kembali pada tanya,
Tak ada jawaban.
Kembali pada langkah,
Terlalu lelah.

Diam.

Aku hidup dalam kematian.
Aku bernafas dalam kehampaan.
Dan aku hanya berdiam.
Tanpa petunjuk.
Tanpa jawaban.







Kamis, 05 Mei 2016

Kentut Kita

Kentut-ku mungkin tak sesedap kentut-mu jika kamu yang menghidu.
Begitu juga Kentut-mu, tak sedap saat aku menghidu. -

Nimatilah kentut kita masing-masing.
Tak perlu banyak berkomentar jika secara tak sengaja kau menghidu kentut-ku.
Begitu pun aku.

Aku tak sedang bercanda,
Aku mengajakamu berbagi jika secara terpaksa aku kentut didekatmu.
Maka aku pun beranggapan yang sama.
Untuk berlaku seperti itu.




Jumat, 19 Februari 2016

Mengapa ( Aku ) Harus Mati






Otak ku berkarat oleh keringat yang tercampur materi duniawi. Menjadi diam dalam kesendirian menatap hampa ketiadaan.

Tancapkan belati pada perut sendiri. Mengoyaknya hingga terburai usus menunggu mati.

Tak hadir.
Malaikat maut sedang sibuk oleh urusannya sendiri.

Hingga darah mengering dan luka menganga ia tiada. Meninggalkanku dengan kesadaran utuh untuk menyaksikan kematian yang tak berharga.

Kucongkel mata ku dengan jemari, agar tak lagi kusaksikan kematianku sendiri. Namun anyir darah masih tercium.

Kuhantam gagang belati pada hidung agar robek dan tak lagi berfungsi. Percuma, tetesan darah pada genangannya pun masih terdengar.

Kupecahkan gendang telinga, ku-tulikan telinga. Namun kini hati bertanya, kenapa aku harus mati?


#PotMode


Jumat, 08 Januari 2016

Tiada Aku

Semesta kini memenjarakan langkah oleh teralis waktu,
Menguncinya dengan kilauan materi dan isi saku.
Dunia berubah menjadi sekantung beras dan tepukan di dada,

" Lihatlah aku "

Sedang beban melilit pundak dan betis kaki-ku.
Mencengkram leher lalu mengaraknya kedepan pintu ingatan,

" tiada aku "


#PotMode