BramaDipo: Maret 2015

Minggu, 29 Maret 2015

Akar Kehidupan Negeri



Daun yang gugur dapat terbarukan,

Meski bukan daun yang sama.

Begitu pula ranting yang patah,

Terbarukan walau berlainan.

Sesungguhnya jika akar yang mati,

Maka berakhir-lah pohon kehidupan.



Rawatlah pohon sedari akar.

Bukan sedari ranting, daun maupun bunga.

Rawatlah negeri ini sedari rakyat.

Bukan sedari menteri, perwakilan maupun pejabat.

Sebab, jika rakyat yang mati,

Maka berakhir pula-lah negeri ini.











11

Rabu, 25 Maret 2015

Waktu, Menelan Harap





Dari arah utara - ke arah selatan
Dengan penunjuk barat dan timur.
Hari berupa bilangan.
Dan ditandai oleh huruf-huruf mati.

Bulan bercahaya melengkung menajam,
Layaknya sebuah senyuman.
Namun yang kulihat hanyalah gelap,
Di langit, bumi dan dunia harap.

Sebab aku tak ada disini.

Jam dinding berputar dengan sombong,
Kerongkonganku-pun seperti menelan biji kedondong.

Memamerkan keperkasaannya,
Meninggalkan yang tertinggal.

Tak ada kompromi,
Tiada negoisasi.
Tak dapat dibohongi,
Tak bisa di curangi.
Mewakili kepastian Tuhan.
Merepresentasikan ke-fana-an.

Manfaatkanlah.
Ia dicipta karena-nya.
Pergunakanlah,
Ia ada beserta-nya.

Atau,
Ia akan meninggalkanmu dalam kehilangan.
Ditengah sepi dengan kepastian.

Ya,
Kematian.











11

Jumat, 20 Maret 2015

#DisiplinKopi


Sudutkan aku,

Sudutkan saja.

Lukai aku,

Lukai saja.



Setelah itu biarkan aku,

Menikmati Senja bersama pekat hitam kopi-ku.











11

Senin, 16 Maret 2015

Terdampar di Laut Mati


Para penipu telah tertipu.

Para pendusta terpedaya.

Menggadaikan nusantara pada sengketa.

Menjual isinya pada para pencela.



Kini,

Negeri ini seperti perahu yang tak memiliki layar,

Ditengah laut yang mati tak ber-arus dan mendayung hanya dengan menggunakan lengan.


Tanpa arah,

Tanpa nahkoda.

Tanpa angin

Dan tanpa memakna.











11

Sabtu, 14 Maret 2015

***




Menemukan cahaya ditengah gelap.

Menemukan asa ditengah harap.

Kembali pada nyanyian hati,

Tempat diri bertegur sepi.


Berkacalah dengan senyuman,

Tatap dan maknakan.











11

Tik Tok Tik Tok, Stuck



Stuck,

Kehabisan amunisi imajinasi.
Halaman-halaman depan yang kosong.
Sekosong otak bebalku saat ini.
Matahari-pun meragu.
bersembunyi di balik awan abu-abu.

Tik tok tik tok.
Jam di dinding mengingatkan waktu untuk terus berlalu.

Stuck,
Kehabisan tinta dan warna-warna.
Melemahkan langkah jari tuliskan kata.
Seperti semut yang tak bertegur sapa.
Dan aku dikejar jam dinding dengan nada-nada konstan-nya.

Tik tok tik tok,
Stuck.

Aku menyerah pada segerombolan asap dan cairan hitam pekat.











11

Selasa, 10 Maret 2015

Kekasih Hilang Kasih

Kekasih-kekasih yang hilang kasih.
Sembunyikan kata-kata kedalam dusta
Masa lalu adalah masa lalu.
Maka langkahkan kakimu berlalu.

Kekasih-kekasih yang hilang rasa.
Biarkan ia dalam ingatan saja.
Masa lalu adalah dulu.
Menatap kedepan jangan meragu.

Kekasih-kekasih jangan hilang kasih.
Genggam tanganku peluk cumbuku.
Masa lalu kita tinggalkan.
Masa depan kita jumpakan.






Sama Dengan

Menimbang berat kapas pada jemari,
Memperkirakan berdasar rasa-rasa.
Menghitung bilangan oleh hati,
Menjumlahkannya dengan kata-kata.

Alat ukur berada pada imajinasi,
Perhitungan tertulis berdasar memori.
Data-data berupa logika,
Berdasarkan teori-teori asumsi.

Saat itulah 
" Perak dikali perak sama dengan Emas ".
" Manusia ditambah makanan sama dengan Kotoran "

Dan Makna, Tiada.